Pas Marque – JF3 2025 x Era Baru menandai babak transformasi dalam dunia mode Indonesia. Jakarta Fashion and Food Festival 2025 kembali hadir dengan tema berani: Recrafted: A New Vision. Perhelatan tahun ini bukan sekadar pameran busana, melainkan pernyataan budaya yang dinamis. Dirancang untuk menginspirasi kreativitas berkelanjutan, festival ini bertujuan menghadirkan kembali warisan Indonesia dalam format yang modern. Kain tradisional diinterpretasi ulang dengan sentuhan kontemporer, mendorong para desainer untuk melihat warisan lokal dengan perspektif segar. Soegianto Nagaria, Ketua JF3, menyampaikan bahwa setelah dua dekade, JF3 kini melangkah ke era masa depan yang menyeimbangkan gaya modern dengan kedalaman budaya. Ia menegaskan bahwa Recrafted bukan sekadar tema — melainkan bentuk komitmen untuk menciptakan fesyen yang berkelanjutan, adaptif, dan memberdayakan. Festival ini mengundang tidak hanya kekaguman terhadap desain, tetapi juga refleksi mendalam atas identitas dan ketahanan industri kreatif. JF3 2025 membuka ruang di mana fesyen menjadi dialog budaya yang hidup.
Pesan dari JF3 2025 menggema hingga lintas batas negara melalui kolaborasi dengan ASEAN Fashion Designer Showcase dan Busan Fashion Week. Kerja sama ini menjadi langkah strategis dalam membangun jembatan kreatif di Asia. Salah satu sorotan utama datang dari Baek Ju-Hee asal Korea Selatan dengan mereknya REONVE Vision. Koleksinya memadukan keanggunan Hanbok tradisional dengan kain sutra berkualitas tinggi yang ia produksi sendiri untuk menegaskan keaslian. Kolaborasi ini menciptakan dialog lintas budaya yang unik, menunjukkan bahwa busana tradisional Asia dapat menjadi sumber inspirasi untuk inovasi berkelanjutan. Dari Vietnam, Nicky Vu memukau penonton dengan koleksi The Dream Enchanted, penuh fantasi dan tekstur lembut. Thailand menghadirkan Pitnapat Yotinratanachai dengan The Pulse of Pride, merayakan identitas dan gerakan melalui siluet. Dari Laos, Bandid Lasavong menyuguhkan The Whisper of Silk, menonjolkan kelembutan dan kesunyian sebagai bahasa budaya. JF3 2025 membuktikan bahwa identitas tradisional tidak membatasi ekspresi kreatif — justru memperluasnya ke panggung global.
Di bawah tema Recrafted, JF3 2025 menghadirkan visi jangka panjang untuk fesyen yang etis dan berkelanjutan. Konsep ini mendorong para desainer untuk memanfaatkan warisan lokal tidak hanya sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai panduan untuk menciptakan desain yang siap menghadapi masa depan. Para kreator diajak untuk melampaui nostalgia dan menghasilkan karya yang menghormati nilai-nilai tradisional sekaligus menjawab tuntutan zaman modern. Soegianto Nagaria menekankan pentingnya membangun fesyen di atas fondasi budaya yang kuat agar mampu bertahan 40 tahun ke depan. Tujuannya bukan meniru masa lalu, tetapi membentuknya ulang menjadi sesuatu yang dinamis dan fungsional. Kain tradisional diolah menjadi bentuk-bentuk serbaguna, sementara metode ramah lingkungan diadopsi. Upaya ini tampak jelas dalam koleksi yang tampil di runway JF3. Beberapa karya menggunakan pola hemat bahan, pewarna alami, dan material daur ulang. Meski berasal dari sejarah, setiap busana mencerminkan cara berpikir yang progresif dan rasa tanggung jawab baru dalam dunia mode.
Salah satu aspek penting JF3 2025 adalah kerja sama bilateral dengan Busan Fashion Week dan Pemerintah Kota Busan. Kolaborasi ini bukan sekadar pertukaran karya seni — melainkan bentuk komitmen untuk mendukung pengembangan desainer muda di kedua negara. Park Dong-Seok, Direktur Kota Metropolitan Busan, menyoroti kesamaan nilai keberlanjutan yang dimiliki kedua acara ini. Ia menekankan pentingnya membentuk generasi kreator yang sadar akan tanggung jawab melestarikan warisan melalui praktik ramah lingkungan. Penyelenggara menghadirkan inisiatif pertukaran pengetahuan seperti residensi desainer dan lokakarya bersama. Kerja sama ini mengubah persepsi bahwa fesyen hanya soal gaya atau tren pasar — kini menjadi alat untuk diplomasi, pendidikan, dan kesadaran sosial. Kolaborasi antara desainer Korea dan Indonesia membentuk tujuan bersama, menciptakan ekosistem kreatif baru yang menjadikan budaya bukan hanya dipajang di museum, tetapi dihidupkan melalui busana yang bisa dikenakan. Ini adalah langkah bersama dalam membentuk ulang industri kreatif Asia dengan arah dan makna.
JF3 2025 menempatkan fesyen sebagai jawaban yang bermakna terhadap tantangan global dan lokal. Dalam dunia yang didominasi tren cepat, festival ini menyuarakan bahwa keberlanjutan harus berakar pada identitas. Motif-motif Indonesia yang dulunya hanya digunakan untuk acara seremonial kini diubah menjadi elemen fashion sehari-hari tanpa kehilangan makna budaya. Para desainer diajak untuk tidak hanya memikirkan apa yang mereka ciptakan, tetapi juga mengapa mereka menciptakannya. Mereka menghormati tradisi dengan menghadirkannya secara relevan, membiarkan pola warisan hidup kembali dalam siluet dan tekstur baru. Para pengunjung merayakan keindahan kriya bukan semata karena tampilannya, tetapi karena kemampuannya dalam menyampaikan cerita dan memperkuat komunitas. Festival ini mendorong perubahan cara pandang: fesyen bukan barang sekali pakai, tetapi sesuatu yang layak dilestarikan. JF3 2025 mengingatkan bahwa setiap keputusan dalam desain — dari pemilihan bahan hingga penyajian akhir — berkontribusi terhadap ekosistem budaya yang lebih luas. Apa yang kita kenakan mencerminkan bukan hanya selera, tetapi juga nilai dan sejarah kita.