Pas Marque – Lorde Summer menjadi istilah yang muncul setelah rilisan lagu “What Was That” oleh Lorde viral di media sosial. Dalam video musiknya, Lorde mengenakan kemeja putih longgar, jeans santai, dan aksesori minimalis. Gaya itu terasa sangat ringan, tapi meninggalkan kesan kuat. Outfit-nya dipadukan dengan tatanan rambut sederhana dan riasan sangat tipis. Penampilan itu segera menginspirasi tren berpakaian yang dianggap jujur dan tidak dibuat-buat.
Tren Lorde Summer menyebar cepat di kalangan anak muda dan penggemar normcore. Banyak yang mengunggah foto dengan gaya serupa menggunakan tagar yang sama. Gaya ini dianggap nyaman, fungsional, dan relevan untuk semua gender. Selebriti dan influencer mulai terlihat mengenakan outfit serupa. Gaya ini pun dianggap sebagai bentuk pembebasan dari tren yang terlalu ribet atau berlebihan.
Salah satu kekuatan utama dalam gaya Lorde Summer adalah keseimbangan maskulin dan feminin. Kemeja putih longgar dan jeans lurus memberi kesan androgini yang kuat. Siluetnya tidak membentuk tubuh secara eksplisit, namun tetap memberi kesan bersih dan stylish. Warna-warna netral seperti putih, biru denim, hitam, dan abu-abu mendominasi pilihan gaya ini. Semua tampak sederhana, tapi tetap memberikan ruang bagi ekspresi pribadi.
Tatanan rambut dan makeup pun mendukung estetika tersebut. Rambut sering dibiarkan alami atau ditata sangat simpel. Makeup tidak mencolok, bahkan sering kali dihilangkan sama sekali. Gaya ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri tidak selalu berasal dari penampilan yang rumit. Identitas gender dan ekspresi diri dapat ditampilkan dengan cara yang tenang namun jelas. Itulah kekuatan gaya ini—minimal, tapi penuh makna.
“Baca juga: Preppy Decode: Simbol Gaya Hidup Teratur dan Pendidikan Tinggi”
Tren ini dengan cepat masuk ke dunia mode arus utama. Balenciaga dan Tommy Hilfiger adalah dua nama besar yang mengangkat elemen gaya Lorde Summer dalam koleksi Spring 2025 mereka. Kemeja putih oversized, celana lurus, dan layering sederhana mendominasi runway. Bahkan presentasi visualnya dibuat minimal untuk menekankan kesederhanaan. Elemen gaya ini menunjukkan bahwa anti-tren bisa menjadi tren baru.
Gaya Lorde Summer juga dianggap sebagai bentuk kritik terhadap fast fashion. Potongan busananya bisa bertahan dari musim ke musim tanpa terlihat usang. Banyak desainer muda mulai mengadopsi pendekatan ini dengan menjahit ulang pakaian lama. Toko-toko secondhand mengalami lonjakan permintaan terhadap kemeja putih klasik. Desain yang abadi kini lebih dihargai daripada gaya yang cepat berganti.
“Simak juga: Cara Efektif Membangun Portofolio Profesional untuk Karier Impian”
Lorde Summer tidak hanya tren gaya, tapi juga pernyataan sosial. Ini adalah bentuk ekspresi diri yang tidak perlu validasi berlebihan. Banyak orang merasa bisa menjadi diri sendiri tanpa tuntutan tampil sempurna. Berpakaian tidak lagi menjadi ajang kompetisi, tapi ruang nyaman untuk mengekspresikan siapa kita. Ini menjadikan gaya Lorde sebagai simbol kejujuran dalam mode.
Gaya ini pun inklusif dan bisa diakses siapa saja. Tidak terikat usia, gender, atau bentuk tubuh tertentu. Karena kesederhanaannya, gaya ini bisa dengan mudah ditiru tanpa perlu anggaran besar. Momen Lorde Summer menjadi refleksi dari nilai-nilai baru pasca-pandemi. Mode tak lagi hanya soal tampil mencolok, tapi juga soal ketenangan dan keaslian dalam keseharian.