Pas Marque – Jogja Fashion Parade 2025 kembali digelar dengan skala yang lebih besar. Acara ini berlangsung di Sleman City Hall selama tiga hari, 14-16 Februari 2025. Event ini menjadi wadah bagi para desainer, pelaku UMKM, dan siswa tata busana untuk menunjukkan kreativitas mereka. Sebanyak 120 peserta dari berbagai daerah turut serta dalam ajang ini.
Show Director Jogja Fashion Parade 2025, Nyudi Dwijo Susilo, M.Pd., menjelaskan bahwa event ini mengangkat tema “Parallel Aesthetics.” Tema ini menggambarkan perpaduan estetika tradisional dan modern. Tujuannya adalah menampilkan keindahan budaya yang kaya sejarah dengan sentuhan inovasi kekinian.
Jogja Fashion Parade 2025 melibatkan berbagai pihak, mulai dari desainer ternama hingga talenta muda berbakat. Tahun ini, sebanyak 40 model profesional dari berbagai kota di Indonesia tampil dalam acara ini. Mereka berasal dari Jakarta, Bali, Bandung, Malang, Cirebon, Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Selain itu, 400 model anak dan remaja dari berbagai daerah turut serta memeriahkan acara ini.
Nyudi menegaskan bahwa JFP 2025 tidak hanya menjadi ajang pamer karya, tetapi juga media promosi bagi jenama fesyen. Selain itu, event ini mendukung misi menjadikan Yogyakarta sebagai kota fesyen dunia.
Hari pertama JFP 2025 menampilkan berbagai jenama fesyen ternama. Acara sesi pertama pukul 16.00 menampilkan Lytha Gallery dari Timor Leste, Festive Indonesia X Menik Modiste dari Medan, Basel by Wilda Ayu Maghfira dari Bandung, dan Jihera by Jihan Intania dari Jepara. Selain itu, ada pula Glory Majesty Mine by Salsabila Nazihah dari Yogyakarta, Ceritakitagallery by Mariaa W dari Pati, Matahari, Zahraan by Zahraa Nabiilah dari Indramayu, Romantic Fairy by Yunichan x Zhafarina dari Yogyakarta, Aiele by Ayyala Syahla dari Solo, dan Syifa Salsabila dari Banjarmasin.
Pada sesi kedua pukul 19.00, giliran Indah Darry dari Jakarta, Wening’s Line by Wening Angga dari Yogyakarta, Afif Syakur dari Yogyakarta, dan Anantari by Resky Noviana dari Yogyakarta. Selain itu, ada pula La Venda Burkini dari Jakarta, Litaone by Marlita Silvianti dari Balikpapan, Maximal by Atik Prasetya dari Yogyakarta, Muhammad Syam x Resza Dwinki dari Yogyakarta, Kertabumi by Rantonika dari Kulonprogo, Tan’eem by Mahda Aleefa dari Kudus, dan Varnavastra by SMKN 2 Blitar.
“Baca juga: Tren Terkini dari Stella McCartney: Mode Berani di Paris Fashion Week SS25”
Jogja Fashion Parade 2025 juga menjadi kesempatan bagi pemula untuk unjuk gigi. Tiga siswi dari SMKN 2 Blitar turut serta dalam ajang ini dengan menampilkan karya mereka. Mereka adalah Faidatun Nabilla, Silvia Anggita, dan Nadya Fitri Oktavia.
Ketiga siswi tersebut didampingi oleh guru mereka, Martiningsih. Awalnya, mereka dijadwalkan tampil di sesi siang. Namun, karena jadwal penuh, mereka akhirnya tampil di sesi malam dengan menyiapkan delapan busana.
Menurut Martiningsih, seluruh desain dan pola dikerjakan oleh siswinya sendiri. Ia hanya bertindak sebagai pembimbing. Proses menjahit dilakukan dalam waktu dua minggu sebelum keberangkatan ke Yogyakarta.
Bagi ketiga siswi SMKN 2 Blitar, ini adalah pengalaman pertama mereka mengikuti ajang fesyen besar. Awalnya, mereka merasa gugup dan kurang percaya diri. Namun, mereka berhasil menampilkan karya mereka dengan baik dan mendapat apresiasi dari pengunjung.
Martiningsih berharap pengalaman ini bisa menjadi pembelajaran bagi siswinya. Ia ingin mereka semakin percaya diri dalam berkarya. Ke depannya, ia berharap mereka bisa tampil mandiri dalam event fesyen besar lainnya.
Nabilla, salah satu siswi yang tampil, mengungkapkan rasa bahagianya bisa mengikuti event ini. Ia merasa mendapatkan banyak pelajaran berharga. Menurutnya, JFP 2025 menjadi pengalaman yang akan selalu dikenangnya.
“Simak juga: Rahasia Tampil Keren dengan Skena Fashion: 8 Item Wajib Punya!”
Nyudi Dwijo Susilo menyampaikan bahwa JFP terus berkembang dari tahun ke tahun. Saat ini, jumlah peserta semakin bertambah dan karya yang ditampilkan semakin beragam. Tahun lalu, peserta dari India ikut serta, dan tahun ini Timor Leste turut meramaikan acara.
Ia berharap di masa depan, JFP bisa lebih merata dalam menjangkau jenama fesyen dari berbagai daerah. Sejauh ini, peserta sudah berasal dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi. Kehadiran peserta dari luar negeri juga diharapkan terus bertambah agar ajang ini semakin dikenal di kancah internasional.