Pas Marque – Sahroni yang merupakan anggota DPR RI dari Partai NasDem mendadak jadi pusat perhatian publik setelah rumahnya di kawasan Kelurahan Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara digeruduk massa. Kejadian ini viral di media sosial karena video yang beredar menunjukkan warga berteriak di sekitar lokasi, ada yang masuk ke dalam rumah, hingga terlihat membawa patung Ironman dari dalam. Kerusakan pada mobil dan beberapa bagian rumah juga tampak jelas dalam rekaman itu. Suasana semakin panas karena warga memenuhi area jalanan sekitar rumah Sahroni, membuat kondisi lingkungan menjadi padat dan penuh teriakan. Lurah Kebon Bawang Suratno Widodo pun membenarkan bahwa dirinya berada di lokasi dan menyatakan keadaan sedang crowded. Momen tersebut dengan cepat menyebar luas dan menimbulkan diskusi panas di kalangan masyarakat mengenai relasi antara wakil rakyat dan kondisi rakyat yang semakin terhimpit.
Peristiwa penggerudukan rumah Sahroni tidak bisa dilepaskan dari isu tunjangan anggota DPR RI yang tengah menjadi sorotan publik. Beberapa hari sebelumnya, masyarakat menggelar demonstrasi besar-besaran dengan salah satu pemicu adalah beban tunjangan yang dianggap berlebihan. Sahroni kemudian buka suara dengan menyatakan dukungannya terhadap evaluasi total atas tunjangan tersebut. Ia menegaskan bahwa selama ini gaji dan tunjangan yang diterimanya selalu dikembalikan kepada masyarakat. Sahroni menambahkan bahwa jika nantinya tunjangan itu benar-benar dievaluasi secara menyeluruh, ia tetap akan memastikan seluruh hak yang diterimanya diberikan kembali kepada rakyat. Meski sudah ada pernyataan itu, kemarahan warga tetap terlihat di lapangan. Amarah yang tumpah di depan rumahnya menjadi simbol ketidakpuasan publik terhadap wakil rakyat yang dianggap kurang peka pada kondisi masyarakat.
“Baca juga: Kronologi Affan Kurniawan Terlindas Rantis Brimob Saat Antar Orderan”
Situasi semakin sulit dikendalikan saat ratusan warga memenuhi jalanan di sekitar rumah Sahroni. Suasana padat terlihat jelas dalam rekaman video yang beredar, di mana massa terus bersorak dan melontarkan teriakan keras. Beberapa warga terlihat mendorong pagar, sebagian masuk ke dalam rumah, dan kerusakan pun tak terelakkan. Sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah dilaporkan hancur, sementara patung Ironman yang ikonik ikut dibawa keluar. Kehadiran warga dalam jumlah besar ini menandakan eskalasi kekecewaan yang semakin tinggi. Kejadian itu menunjukkan bagaimana simbol kemarahan masyarakat dapat diarahkan kepada figur tertentu yang dianggap mewakili permasalahan lebih luas. Sementara aparat belum terlihat dalam jumlah yang cukup di rekaman awal, suasana semakin memanas dengan kerumunan warga yang tidak kunjung bubar.
“Simak juga: Ahmad Sahroni Kabur ke Singapura? Ini Alasan Negeri Singa Jadi Pelarian Favorit DPR!”
Di tengah kericuhan yang berlangsung, Lurah Kebon Bawang Suratno Widodo langsung memberikan konfirmasi bahwa kejadian penggerudukan memang benar adanya. Ia menyebut situasi di lokasi masih crowded dan sulit untuk menenangkan massa yang terus berdatangan. Pernyataan ini semakin menegaskan bahwa insiden tersebut tidak bisa dianggap remeh. Kehadiran lurah di lapangan memberikan gambaran bahwa aparat setempat ikut kewalahan menghadapi skala keramaian yang terjadi. Kondisi ini menyoroti lemahnya komunikasi antara pejabat dan masyarakat yang sudah mencapai titik frustrasi. Suratno menekankan bahwa pihaknya sedang berupaya untuk menenangkan keadaan meski kerumunan warga terlihat semakin sulit dibendung. Informasi yang muncul dari lokasi juga memperlihatkan bagaimana kejadian itu menyedot perhatian nasional karena rumah Sahroni menjadi simbol kekecewaan terhadap para wakil rakyat.
Di tengah kisruh yang melibatkan rumahnya, Sahroni kembali menegaskan posisinya mengenai isu tunjangan DPR RI. Ia menyatakan setuju jika dilakukan evaluasi secara menyeluruh terkait gaji dan tunjangan anggota dewan. Baginya, semua yang diterima selama menjabat sudah wajib dikembalikan kepada masyarakat. Sahroni berharap rekan-rekan sesama anggota DPR juga memiliki komitmen yang sama agar kepercayaan publik dapat terjaga. Ia menambahkan bahwa dalam setiap kesempatan dirinya berusaha memberikan kontribusi nyata lewat bantuan langsung ke warga. Namun realitas di lapangan memperlihatkan bahwa narasi positif ini tidak cukup untuk meredam amarah massa. Warga yang merasa terhimpit kondisi ekonomi tetap menjadikan rumahnya sebagai target luapan emosi. Kejadian tersebut memperlihatkan jurang yang lebar antara pernyataan pejabat dan persepsi publik yang sulit dikendalikan.