Pas Marque – Rahasia kelam industri fashion mulai terkuak dalam film dokumenter berjudul Toxic yang disutradarai oleh Saule Bliuvaite. Dalam karya debutnya ini, Bliuvaite menghadirkan potret menyayat hati tentang realitas yang dihadapi oleh remaja perempuan Lithuania yang bercita-cita menjadi model. Dunia mode yang selama ini tampak glamor dan mempesona ternyata menyimpan luka dan tekanan psikologis mendalam bagi para penggiat mudanya. Melalui narasi pribadi dan rekaman pengalaman langsung, penonton diajak menyelami sisi tergelap dari sistem perekrutan model yang seringkali dimulai dari usia yang sangat muda. Mereka bukan hanya dihadapkan pada tuntutan fisik dan standar kecantikan yang tidak realistis tetapi juga rentan terhadap eksploitasi emosional dan manipulasi psikologis. Film ini membuka mata akan betapa mudahnya mimpi besar berubah menjadi tekanan yang menghancurkan mental seseorang ketika nilai kemanusiaan dikesampingkan dalam mengejar estetika.
Di dalam Toxic, banyak cerita yang diangkat berasal dari sekolah modeling yang seharusnya menjadi tempat pengembangan bakat dan percaya diri. Namun yang tergambar justru sebaliknya. Sekolah-sekolah ini ternyata menyimpan Rahasia Kelam Industri Fashion yang menyakitkan. Di balik dinding kelas dan cermin latihan, terdapat tekanan luar biasa terhadap tubuh, penampilan, serta kepatuhan mutlak kepada otoritas pelatih dan manajemen. Para remaja ditempa dalam suasana kompetitif yang kaku, di mana standar kecantikan tidak hanya dikontrol tetapi juga ditanamkan secara paksa. Banyak dari mereka mengalami gangguan makan, kehilangan rasa percaya diri, dan trauma jangka panjang. Kritik dan perbandingan dilakukan terus-menerus hingga identitas pribadi pun mulai mengabur. Mereka tidak lagi dilihat sebagai individu melainkan sebagai produk yang harus sempurna di mata kamera dan pasar. Situasi ini sangat mengganggu pertumbuhan mental para remaja yang masih mencari jati diri.
“Baca juga: Pharrell Ubah Wajah Jas Pria! Koleksi Louis Vuitton 2026 Ini Bikin Dunia Mode Geger!”
Efek psikologis yang ditinggalkan oleh industri fashion terhadap para remaja tidaklah sepele. Dalam Toxic, digambarkan bagaimana pengalaman singkat di dunia modeling mampu meninggalkan luka yang bertahan bertahun-tahun. Banyak remaja yang mengalami perasaan tidak cukup baik, merasa tidak berharga, bahkan kehilangan minat terhadap hidup. Ketika tubuh dan wajah menjadi satu-satunya hal yang dinilai, maka harga diri pun perlahan-lahan dikikis. Tekanan sosial dan tuntutan profesional telah menyebabkan banyak peserta mengalami depresi, kecemasan, dan perasaan isolasi. Beberapa dari mereka bahkan tidak mendapatkan dukungan yang layak dari keluarga maupun institusi pendidikan. Dalam proses ini, mimpi yang awalnya menginspirasi berubah menjadi sumber rasa sakit yang dalam. Meskipun film ini berasal dari Lithuania, kisah dan pola yang ditampilkan mencerminkan situasi yang serupa di berbagai belahan dunia. Luka itu tidak terlihat secara kasat mata, namun membekas dan membentuk kepribadian seumur hidup.
Toxic secara tegas membongkar ilusi glamor yang selama ini melingkupi industri fashion. Kesan mewah yang dilihat publik sebenarnya hanya sebagian kecil dari realitas yang dialami oleh mereka yang berada di balik panggung. Banyak remaja perempuan yang awalnya terpukau oleh janji menjadi model terkenal akhirnya merasa dijebak dalam sistem yang mengeksploitasi tubuh dan emosi mereka. Foto-foto profesional dan video kampanye sering dijadikan alat untuk membungkam penderitaan yang terjadi di balik layar. Janji-janji karier gemilang tidak jarang digunakan sebagai tekanan agar peserta bersikap patuh tanpa banyak bertanya. Eksploitasi ini tidak selalu dalam bentuk fisik, tetapi juga emosional dan mental. Bahkan dalam pelatihan pun, batas profesionalisme kerap diabaikan. Toxic menunjukkan bahwa mimpi dapat dijadikan alat untuk menundukkan seseorang, menjadikannya komoditas dalam industri yang menuntut kesempurnaan tetapi tidak menyediakan perlindungan yang layak.
“Simak juga: LNG Bisa Jadi Bumerang! Jepang Diultimatum Percepat Energi Bersih”
Film dokumenter ini menjadi pemicu untuk mempertanyakan kembali norma yang selama ini dianggap wajar dalam industri fashion. Jika selama ini fokus diberikan pada estetika dan prestasi visual, maka sudah waktunya perubahan difokuskan pada perlindungan dan kesejahteraan para pelaku mudanya. Toxic memberi ruang bagi suara-suara yang selama ini dibungkam oleh kilauan lampu studio. Sistem yang menempatkan remaja dalam tekanan ekstrem demi kepentingan ekonomi perlu ditinjau ulang. Dukungan psikologis, batasan usia yang lebih bijak, serta pengawasan ketat terhadap metode pelatihan harus menjadi prioritas. Model bukanlah objek visual semata, tetapi manusia yang memiliki emosi dan hak untuk dihargai. Suara dari Lithuania ini diharapkan dapat menjadi cermin internasional bahwa reformasi tidak bisa ditunda. Dengan menonton Toxic, publik tidak hanya diajak menyadari penderitaan yang tersembunyi, tetapi juga didorong untuk menuntut perubahan nyata di industri fashion.