Pas Marque – JF3 Fashion Festival kembali hadir sebagai ajang mode tahunan yang paling dinanti. Bertempat di Summarecon Mall Serpong dari tanggal 30 Juli hingga 2 Agustus 2025, festival ini menjadi pusat perhatian karena menyatukan lebih dari 80 brand lokal dan internasional. Ribuan pengunjung memadati area runway yang dirancang modern, berpadu dengan sentuhan artistik lokal yang kuat. Identitas budaya Indonesia disajikan melalui tampilan busana tradisional dari berbagai daerah, termasuk tenun, batik, dan kain Bugis yang tampil elegan dalam format kontemporer. Suasana semakin meriah ketika berbagai penampilan seni dan instalasi interaktif ikut memeriahkan suasana. Tidak hanya menjadi ajang pamer koleksi, JF3 Fashion Festival juga dijadikan ruang eksplorasi visual dan narasi kreatif dari berbagai penjuru dunia mode. Tahun ini, semangat kolaboratif yang diusung menjadi magnet kuat bagi pengunjung dan pelaku industri fashion untuk datang dan merasakan sendiri atmosfernya.
Salah satu sorotan utama di JF3 Fashion Festival 2025 adalah kolaborasi unik dari dua kreator lintas benua. Desainer asal Prancis Victor Clavelly berkolaborasi dengan seniman CGI Héloïse Bouchot untuk menciptakan karya istimewa. Koleksi mereka bertajuk Les Fragments dan menggabungkan teknologi digital dengan seni tekstil bernuansa budaya. Busana futuristik ditampilkan melalui teknik pencetakan 3D yang menghasilkan bentuk tak biasa. Struktur kainnya menyerupai artefak dari masa depan dengan kesan tegas dan eksperimental. Warna-warna monokrom mendominasi, memberi kesan dingin dan elegan pada keseluruhan koleksi. Potongan tidak simetris serta tekstur berlapis menjadi karakter kuat dalam desain busana ini. Meski bertema dunia pasca-human, unsur budaya tetap dipertahankan melalui sentuhan motif kain etnik digital. Motif-motif tradisional diproses ulang secara digital agar sesuai dengan semangat koleksi modern. Kolaborasi lintas disiplin ini memicu diskusi baru dalam ranah fashion global yang makin berani bereksperimen.
Keberagaman koleksi dari 80 lebih brand lokal dan internasional menjadi penggerak utama dinamika JF3 Fashion Festival tahun ini. Label fesyen lokal seperti Sejauh Mata Memandang, IKAT Indonesia, dan Danjyo Hiyoji tampil memukau dengan eksplorasi motif khas Nusantara yang diolah ke dalam siluet modern. Sementara itu, sejumlah brand dari Asia dan Eropa juga ambil bagian dalam memamerkan karya terbaik mereka. Rangkaian peragaan busana yang berlangsung sepanjang hari dipenuhi oleh tamu undangan, influencer, jurnalis, hingga pecinta fashion dari berbagai daerah. Format hybrid dihadirkan untuk memungkinkan masyarakat luas menyaksikan pertunjukan ini melalui live streaming. Selain runway, area bazaar dan talkshow interaktif pun disediakan untuk memperkuat ekosistem kreatif yang tumbuh di sekitar industri mode. Inovasi, kreativitas, dan kolaborasi menjadi tiga pilar yang digerakkan sepanjang penyelenggaraan acara ini.
Di antara berbagai penampilan yang disuguhkan, salah satu yang paling menyita perhatian datang dari koleksi berbasis kain Bugis yang dikemas dalam gaya kontemporer. Siluet modern dipadankan dengan motif khas yang biasa ditemukan pada pakaian adat Sulawesi Selatan. Elemen ini menciptakan perpaduan unik antara nuansa etnik dan karakter urban masa kini. Koleksi tersebut ditampilkan dalam koreografi yang dinamis dan tata cahaya yang memperkuat nuansa mistis sekaligus elegan. JF3 Fashion Festival kembali membuktikan bahwa wastra Nusantara tetap relevan bahkan saat dikemas dalam pendekatan global yang penuh inovasi. Desain yang mengandalkan pewarna alami dan proses produksi berkelanjutan juga disoroti dalam sesi ini. Dukungan pada pengrajin lokal ditampilkan secara eksplisit lewat informasi label yang memuat nama pembuat kainnya. Penonton tampak terkesima melihat bagaimana kekayaan budaya daerah bisa diangkat menjadi karya fesyen bernilai tinggi.
“Simak juga: Wisata Alam Mirip Luar Negeri Ada di Sulawesi? Intip Keajaiban Pango-pango Sekarang!”
Koleksi Les Fragments dari Victor Clavelly menjadi penutup yang megah dalam rangkaian acara JF3 tahun ini. Busana yang seolah berasal dari dunia fiksi ilmiah diperlihatkan di atas runway dengan tata suara dan proyeksi visual imersif. Desain tersebut ditampilkan bukan hanya sebagai pakaian, melainkan sebagai artefak naratif yang membawa penonton ke dalam ruang waktu baru. Meskipun didukung oleh teknologi tinggi seperti CGI dan printer 3D, keberadaan elemen kain tradisional Indonesia tetap terlihat dan dirasakan dalam setiap potongannya. Ini menjadi bukti bahwa mode masa depan tidak harus melepaskan diri dari akar budaya, melainkan dapat mengembangkannya menjadi bentuk ekspresi yang lebih luas. Sejumlah koleksi bahkan ditampilkan dalam bentuk digital sepenuhnya, menggunakan hologram yang diproyeksikan langsung ke panggung. Eksperimen visual ini memberikan pengalaman baru yang memadukan fashion, seni, dan teknologi secara utuh.