Pas Marque – Kain Songket dalam Dunia Fashion memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan budaya tradisional Indonesia, terutama dari Palembang dan Minangkabau. Kain ini sudah menjadi simbol status sosial dan budaya sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Keindahannya yang dipadukan dengan benang emas dan perak membuat kain songket tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga berkembang menjadi bagian dari dunia fashion modern. Artikel ini akan membahas perjalanan kain songket, mulai dari sejarah, motif, hingga transformasinya dalam dunia fashion.
Kain songket pertama kali muncul di Palembang, Sumatera Selatan, dan Minangkabau, Sumatera Barat. Berdasarkan Hikayat Palembang, kain songket bermula pada masa kemahkotaan Sriwijaya. Pada waktu itu, kain songket digunakan dalam berbagai upacara kerajaan dan simbol status sosial. Bahan utama pembuatan kain ini biasanya berupa sutra, yang diproduksi oleh petani ulat sutra lokal. Benang emas dan perak yang menghiasi kain songket dibuat dengan mengolah emas dari beberapa daerah di Sumatera.
Songket ditenun dengan tangan menggunakan mesin tenun bingkai. Pola-pola rumit pada kain ini dibuat dengan menambahkan benang emas atau perak menggunakan jarum. Kain songket kemudian menjadi simbol kemewahan dan status sosial. Kain ini banyak digunakan oleh bangsawan dan dalam berbagai upacara adat. Pada masa kejayaannya, songket tidak hanya ditemukan di Sumatera, tetapi juga menyebar ke daerah-daerah lain seperti Kalimantan, Kepulauan Riau, Semenanjung Malaya, dan sebagian Jawa.
“Baca juga: Gaya Elegan Lisa: Tuxedo dengan Rok Panjang di Oscar 2025”
Kain songket memiliki berbagai motif yang sangat khas dan mencerminkan budaya serta alam sekitar. Beberapa motif yang populer termasuk bentuk geometri, tumbuhan, dan salur-salur. Motif-motif ini menandakan pentingnya alam bagi kehidupan masyarakat pada masa itu. Motif songket juga sering kali terinspirasi oleh makanan khas Melayu, seperti serikaya, wajik, dan tepung talam. Makanan-makanan ini dipercaya merupakan favorit para raja di zaman dahulu.
Selain itu, terdapat berbagai motif khas dari berbagai daerah penghasil songket, seperti motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam. Motif-motif ini tidak hanya mencerminkan keindahan seni tenun, tetapi juga mengandung makna mendalam yang berhubungan dengan tradisi dan filosofi masyarakat setempat.
Seiring dengan perkembangan zaman, kain songket tidak hanya menjadi bagian dari busana adat. Kini, songket telah berevolusi menjadi bagian dari dunia fashion modern. Dulu hanya digunakan dalam acara seremonial, songket kini hadir dalam berbagai bentuk pakaian siap pakai. Para desainer semakin tertarik untuk menjadikan songket sebagai material utama dalam koleksi mereka.
Salah satunya adalah desainer Yurita Puji, yang menggunakan kain songket hasil tenunan masyarakat Sawahlunto, Sumatera Barat, untuk koleksi busana modern. Karya-karya tersebut mencakup berbagai jenis pakaian, seperti atasan, outer, celana, dan rok. Dengan desain yang lebih ringan dan motif yang disesuaikan dengan selera pasar masa kini, kain songket menjadi lebih terjangkau dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh berbagai kalangan.
Yurita Puji juga bekerja sama dengan UKM Dolas Songket, sebuah komunitas pengrajin kain songket, untuk mempromosikan dan melestarikan produk songket. Dengan harga yang kompetitif dan desain yang lebih simpel serta elegan, songket kini tidak hanya dipakai dalam acara adat, tetapi juga dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan. Melalui kolaborasi ini, Yurita berharap songket dapat diperkenalkan ke kancah internasional dan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat global.
“Simak juga: Fashion Skena Jember: Kreasi Gaya Muda di Kedai Kopi”
Dengan semakin berkembangnya dunia fashion, kain songket diharapkan akan terus melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia. Para desainer semakin berani mengangkat songket dalam berbagai bentuk busana yang lebih moderen dan sesuai dengan selera pasar masa kini. Ini membuka peluang bagi pengrajin songket untuk memperluas pasar dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Selain itu, dengan semakin tingginya minat terhadap produk lokal, songket dapat menjadi bagian penting dalam dunia fashion internasional. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengrajin dan produsen songket untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi serta melestarikan tradisi tenun yang sudah ada selama berabad-abad. Kolaborasi antara desainer dan komunitas pengrajin songket seperti yang dilakukan oleh Yurita Puji dapat memperkenalkan produk ini ke dunia internasional dan memastikan kelestariannya di masa depan.